Indonesia Battery Corporation (IBC) resmi dibentuk pada hari ini, Jumat, 26 Maret 2021. IBC merupakan perusahaan holding untuk mengelola ekosistem industri baterai kendaraan bermotor listrik (Electric Vehicle Battery) yang terintegrasi dari hulu ke hilir.
Pembentukan IBC ditandai dengan penandatanganan perjanjian pemegang saham (shareholder’s agreement) yang terdiri dari empat BUMN. Keempatnya adalah MIND ID, PT ANTAM Tbk, PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero). Adapun untuk proporsi saham, masing-masing BUMN memegang 25% dari total saham.
Menurut Menteri BUMN, Erick Thohir, pembentukan IBC merupakan strategi Pemerintah khususnya Kementerian BUMN untuk memaksimalkan potensi sumber daya mineral di Indonesia.
“Kita ingin menciptakan nilai tambah ekonomi dalam industri pertambangan dan energi, terutama nikel yang menjadi bahan utama baterai EV,” ungkap Erick Thohir saat acara peresmian IBC.
Ia menambahkan bahwa inisiasi ini berpotensi mengembangkan ekosistem industri kendaraan listrik. Selain itu juga memberikan kontribusi terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan.
“Investasi skala besar seperti ini akan membuka banyak lapangan kerja, khususnya untuk generasi muda kita, ” ujar Erick Thohir.
Dengan dibentuknya IBC ini, kerja sama antar negara yang memiliki teknologi maupun jalur distribusi pasar global akan semakin terbuka. Sehingga, terbuka pula peluang untuk membentuk entitas patungan di sepanjang rantai nilai industri EV battery mulai dari pengolahan nikel, material precursor dan katoda, hingga battery cell, pack, energy storage system (ESS), dan recycling.
Sampai saat ini telah dilakukan penjajakan kepada beberapa perusahaan global yang bergerak di industri baterai EV, seperti dari China, Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Eropa.
“Kita terbuka untuk bekerjasama dengan siapapun. Hanya saja harus memenuhi tiga kriteria, yakni mendatangkan investasi pada sepanjang rantai nilai, membawa teknologi, dan pasar regional atau global,” lanjut Erick.
Indonesia memiliki potensi yang signifikan untuk mengembangkan ekosistem industri kendaraan bermotor listrik dan baterai listrik. Di sektor hulu, Indonesia memiliki cadangan dan produksi nikel terbesar di dunia dengan porsi cadangan sebesar 24% dari total cadangan nikel dunia.
Sedangkan di hilir, Indonesia berpotensi memiliki pangsa pasar produksi dan penjualan kendaraan jenis bermotor roda dua dan empat yang sangat besar. Diproyeksikan nantinya akan ada potensi sebesar 8,8 juta unit untuk kendaraan roda dua dan 2 juta unit untuk kendaraan roda empat pada tahun 2025.
Dengan keunggulan rantai pasokan yang kompetitif, setidaknya 35% komponen EV bisa berasal dari lokal.
Baca juga: Erick Thohir: Indonesia Siap Jadi Pemain Utama Industri Mobil Listrik
Sumber Upperline