Rapat Umum Pemegang Saham PT Pertamina (Persero) memutuskan perubahan struktur organisasi. Pada awalnya, Pertamina adalah perusahaan holding minyak dan gas (migas), dengan satu subholding gas yakni PT Perusahaan Gas Negara (PGN).
Kini, Pertamina kembali melahirkan lima subholding baru. Kelimanya adalah subholding Upstream, subholding Refinery & Petrochemical, subholding Commercial & Trading, subholding Power & New and Renewable Energi serta Shipping Company.
Nicke Widyawati menyampaikan bahwa hasil RUPS pada tanggal 12 Juni lalu bukanlah keputusan yang tiba-tiba. Ia menjabarkan bahwa restrukturisasi/holdingisasi BUMN sudah dibahas sejak tahun 2016. Setelahnya pada tahun 2018, keluarlah buku putih untuk holding migas yang disusun oleh Kementerian BUMN dan Kementerian Keuangan.
Pada akhir tahun 2018, subholding migas pertama lahir yakni PGN dengan Pertagas masuk di dalamnya. Dan cerita subholding tersebut bersambung hingga kelahiran lima subholding lainnya di tahun 2020. Dibentuk saat pendemi, Nicke menegaskan bahwa Covid-19 bukanlah menjadi penyebab langsung subholding lahir.
“Pandemi Covid ini mempercepat saja proses kelahirannya yang sebetulnya sudah direncanakan,” ungkap Nicke dalam diskusi online dengan Rakyat Merdeka, Senin 15 Juni 2020.
Lalu, apa tujuan dibentuknya subholding tersebut? Nicke mengungkap bahwa misi utamanya adalah mempercepat perubahan dan pertumbuhan Pertamina. Terlebih lagi, energi fosil sudah akan berganti ke energi baru dan terbarukan (EBT). Transisi ini bahkan lebih cepat dengan datangnya Covid-19.
“Kita pun harus berubah lebih cepat. Kalau kita menghadapi sebuah perubahan dalam suatu badan yang besar, maka bergerak aja udah sulit ini bagaimana melakukan perubahan,” terangnya.
Alasan kedua adalah dengan melihat bahwa lini bisnis Pertamina sangat luas mulai dari hulu ke hilir dan semuanya sudah profitable serta dewasa. “Inilah saatnya di-spin off, diperkuat, diberi keleluasaan, flexibility dan kemandirian untuk berkembang,” lanjut Nicke.
Terakhir, Nicke juga menegaskan bahwa Pertamina harus mulai fokus pada strategi. Pada tahun 2018, Pertamina sudah berada di urutan 175 Fortune Global 500. Harapannya, peringkat Pertamina naik hingga ke posisi 100.
Bersamaan dengan itu, Menteri BUMN, Erick Thohir juga memiliki aspirasi agar kapitalisasi pasar Pertamina bisa mencapai 100 miliar dolar Amerika. Sehingga untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan proses bisnis yang unorganic, akuisisi dan go public.
“Kita melihat memang sudah saatnya kita bergerak. Kita harap ini menjadi langkah awal sejarah baru bagi Pertamina baru, untuk menyongsong perubahan ke era new energi dan kita siap menghadapi transisi energi,” pungkas Nicke.
Baca juga: Di Era New Normal, Pelanggan SPBU Harus Jaga Jarak Saat Membeli BBM
Sumber Upperline