ASO genapi langkah transformasi digital nasional

  • Whatsapp

Tentunya akan ada efisiensi pada spektrum frekuensi ketika siaran TV digital sepenuhnya dilakukan

Jakarta (ANTARA) – Migrasi siaran TV analog ke TV digital atau yang dikenal dengan istilah Analog Switch Off (ASO) sudah dimulai 2 November lalu, diawali dari  Jabodetabek, sementara di daerah diberlakukan bertahap sesuai kesiapan wilayah masing-masing.

Perpindahan siaran TV terestrial analog ke digital pun belakangan menjadi perbincangan hangat di tengah masyarakat, dan dasar pelaksanaan ASO sudah jelas yakni Undang Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.

Langkah pemerintah–yang juga sudah dijalankan di banyak negara di dunia–ini merupakan upaya untuk menyelaraskan teknologi TV di Indonesia sehingga beriringan dengan visi Transformasi Digital Nasional.

Banyak keuntungan yang diperoleh masyarakat dengan ASO ini, di antaranya gambar siaran TV menjadi jernih dan bersih hingga jumlah kanal yang semakin beragam.

Namun, ada satu keuntungan yang tidak kalah pentingnya yang menjadi alasan mutlak kenapa masyarakat harus mendukung ASO, yakni meningkatkan kapasitas dan kualitas koneksi internet. Apalagi internet sekarang sudah menjadi kebutuhan masyarakat sehari-hari.

Baca juga: Pakar UGM: Migrasi TV analog ke digital wujudkan siaran beragam

Faktanya, menurut laporan Badan Pusat Statistik 2021 bertajuk “Statistik Telekomunikasi Indonesia 2021”, sebanyak 82,07 persen masyarakat Indonesia terhubung dengan akses internet.

Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) pada pertengahan 2022 secara lebih jelas menyebut ada 210 juta pengguna internet di Indonesia pada 2021.

Kembali pada laporan BPS di 2021, secara lebih rinci tercatat ada 61.332 desa atau kelurahan yang sudah bisa memanfaatkan internet menyokong kehidupan masyarakat sehari-hari.

Akses-akses internet yang ada saat ini mayoritas dihadirkan melalui Base Transceiver Station (BTS), utamanya melalui Proyek BTS Sinyal Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Namun, itu masih belum cukup dan masih harus ditingkatkan untuk mengakomodir kebutuhan koneksi internet dan digitalisasi di Indonesia. Saat ini masih ada 5.158 desa atau kelurahan yang belum terhubung layanan meski sudah ada BTS di daerahnya.

Tantangan geografis dan kontur wilayah menjadi penyebab yang biasanya mendominasi masalah tersebut.

Untuk mengatasi hal itu, pemerintah pun menyiapkan penguatan infrastruktur jaringan backbone telekomunikasi bawah laut dan bahkan menyiapkan peluncuran satelit-satelit dalam beberapa tahun mendatang.

Baca juga: Kemenkominfo tegaskan siaran TV digital gratis bagi semua masyarakat

Terdekat akan ada peluncuran Satelit Indonesia Raya (SATRIA)-1 yang dijadwalkan berlangsung dari Amerika Serikat pada pertengahan 2023.

Kembali dalam konteks pembahasan ASO, migrasi TV analog ke digital termasuk dalam langkah penguatan jaringan internet di Tanah Air.

Bagaimana caranya? Ya, dengan memanfaatkan digital dividen dari migrasi siaran TV tersebut.

Digital dividen merupakan sisa spektrum frekuensi berjumlah 112 MHz yang merupakan hasil dari efisiensi spektrum frekuensi 700 MHz.

Setelah sebelumnya pada siaran TV analog satu frekuensi hanya bisa mengakomodir satu stasiun televisi. Dengan sistem siaran TV digital, kini satu frekuensi bisa digunakan oleh enam hingga lebih dari sepuluh kanal.

Tentunya akan ada efisiensi pada spektrum frekuensi ketika siaran TV digital sepenuhnya dilakukan dan itulah yang disebut dengan digital dividen.

Tidak hanya jaringan 4G, digital dividen juga bisa memperluas jangkauan jaringan 5G yang saat ini masih belum menjangkau seluruh wilayah Indonesia.

Memuluskan migrasi siaran TV digital

Progres migrasi siaran TV analog ke TV digital pun masih terus berlanjut, tercatat hingga akhir November 2022 sudah ada 132 wilayah layanan siaran yang terdiri dari 239 kabupaten dan kota secara resmi melakukan ASO dari total 225 wilayah siaran secara nasional.

Kementerian Komunikasi dan Informatika sebagai regulator migrasi siaran TV analog ke TV digital masih memiliki “pekerjaan rumah” untuk menuntaskan perpindahan sistem siaran TV itu di 93 wilayah siaran lainnya yang terdiri dari 284 kabupaten dan kota.

Masih berjalan di bawah skema migrasi multi tahap atau multiple ASO, kini kolaborasi yang tepat dari seluruh pihak diperlukan untuk menggenapi seluruh siaran TV di Indonesia menjadi siaran TV digital.

Baca juga: Tifatul: Pemerintah berhak cabut izin LPS yang enggan ikuti ASO

Kolaborasi dan komunikasi yang efektif harus ditingkatkan agar mitra-mitra seperti pemerintah daerah serta Lembaga Penyiaran yang bertanggung jawab sebagai penyelenggara multipleksing.

Bagi penyelenggara multipleksing, kepatuhan terhadap regulasi untuk menyuntik mati siaran TV analog menjadi langkah penting.

Memenuhi komitmen pemberian bantuan alat konverter siaran analog ke siaran digital yakni Set-Top-Box (STB) untuk rumah tangga miskin menjadi salah satu hal yang penting agar ASO nasional bisa lebih cepat terealisasikan.

Langkah lainnya agar ASO nasional bisa terealisasi lebih cepat ialah dengan menghadirkan komunikasi yang menyentuh langsung masyarakat agar semua orang memahami manfaat TV digital.

Saat ini sosialisasi lewat iklan layanan masyarakat di tayangan TV dan juga sosialisasi secara daring semakin gencar dilakukan. Upaya itu tidak boleh putus dan justru harus ditingkatkan dengan beragam cara kreatif.

Baca juga: Kemkominfo ungkap manfaat besar ASO bagi banyak pihak

Dalam momentum besar seperti Piala Dunia 2022 saat ini misalnya, pemerintah daerah dan juga penyelenggara multipleksing bisa secara langsung menunjukkan manfaat siaran TV digital.

Momentum langka itu bisa digunakan untuk menunjukkan keunggulan siaran TV yang jernih serta bersih tanpa “semut-semut” yang mengganggu visual tayangan.

Tentunya dengan bukti nyata akan lebih mudah menggaet kepercayaan masyarakat terhadap siaran TV digital.

Langkah tersebut juga membantu mitra-mitra tersebut untuk mengenalkan STB sebagai perangkat konverter siaran TV analog ke TV digital dengan lebih mudah.

Cara lebih kreatif seperti “give away” STB bisa dilakukan di momentum-momentum penting ini sehingga masyarakat bisa lebih dekat ke siaran TV digital.

Dari sisi masyarakat yang ingin terlibat menyukseskan tentunya bisa secara aktif memasang STB untuk TV analog di rumahnya agar bisa menangkap siaran TV digital atau bahkan bisa beralih ke TV pintar yang mayoritas sudah bisa menangkap langsung siaran terestrial digital.

Pada akhirnya kolaborasi aktif semua pihak menjadi kunci penting untuk memuluskan pelaksanaan migrasi TV analog menuju siaran TV digital dan tentunya mempercepat Indonesia mencapai visi transformasi digital nasional.

Baca juga: Mahfud: 98 persen masyarakat siap beralih ke TV digital

Baca juga: Kemendagri-Kemenkominfo sosialisasikan migrasi TV digital ke camat

Baca juga: Siaran tv analog Jabodetabek dihentikan

COPYRIGHT © ANTARA 2022

Sumber Antara

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *