CTO Dell Technologies bagikan empat resolusi untuk 2023

  • Whatsapp

Resolusi pertama terkait kesadaran terhadap biaya jangka panjang penggunaan cloud

Jakarta (ANTARA) – Global CTO Dell Technologies John Roese membagikan empat resolusi untuk tahun 2023 yang bisa diterapkan oleh para chief information officer (CIO) maupun pemimpin teknologi informasi (TI) lainnya.

Roese, dalam media briefing yang digelar virtual, Rabu, mengatakan bahwa ekosistem di dunia teknologi, mulai dari ekosistem kecerdasan buatan (AI) hingga ekosistem keamanan telah berubah dan berkembang selama setahun terakhir.

Menurut dia, yang menjadi pertanyaan saat ini adalah apa yang akan dilakukan oleh para CIO maupun pemimpin TI untuk menjawab tantangan tersebut di tahun depan.

“Saya akan memandu Anda melalui empat resolusi yang menurut kami harus dimiliki oleh semua CIO di dunia dalam daftar hal-hal yang harus mereka lakukan mungkin sebagai resolusi tahun baru,” kata Roese.

Baca juga: Telkomsigma siapkan layanan cloud perkuat bisnis Perum Jasa Tirta I

Resolusi pertama terkait kesadaran terhadap biaya jangka panjang penggunaan cloud. Roese mengatakan banyak pengguna yang memanfaatkan cloud karena didorong oleh teknologinya, namun, tak sedikit dari mereka yang tidak memiliki pemahaman lengkap tentang biaya jangka panjang penggunaan cloud.

“Bukan berarti Anda tidak boleh menggunakan cloud. Cloud sangat bagus. Kami sangat percaya pada ekosistem multicloud. Namun selama setahun terakhir, saya telah melakukan percakapan yang tak terhitung jumlahnya dengan para CIO dan pembuat keputusan TI yang terkejut dengan biaya layanan cloud mereka,” ucap Roese.

Roese menilai banyak dari mereka yang masih belum memahami tentang model ekonomi dari penggunaan cloud sehingga resolusi tersebut cukup penting.

Resolusi kedua terkait dengan keamanan, yakni mempercepat penerapan arsitektur keamanan tanpa kepercayaan (zero trust). Arsitektur ini bekerja dari asumsi bahwa tidak ada yang bisa dipercaya.

Roese mengatakan arsitektur keamanan tanpa kepercayaan merupakan pendekatan alternatif dalam dunia keamanan siber.

Baca juga: Kemenkominfo pacu adopsi komputasi awan dengan tiga cara

Dia mencontohkan, dalam arsitektur keamanan tradisional, mengautentifikasi perangkat, aplikasi, orang, maupun data dilakukan secara opsional.

Namun, dalam lingkungan tanpa kepercayaan, semua yang ada di infrastruktur, baik itu perangkat, data, orang, maupun aplikasi harus diautentikasi dan terus-menerus diotorisasi.

“Ini perubahan besar,” kata Roese, seraya menambahkan bahwa zero trust juga bisa diterapkan pada kebijakan identitas dan manajemen ancaman.

Namun, hal yang tak kalah penting dalam penerapan zero trust adalah menentukan bidang kontrol keamanan.

“Jika Anda ingin membuat zero trust berhasil, sangat penting bahwa semua infrastruktur Anda, setiap cloud publik, setiap cloud pribadi, setiap lingkungan edge di bawah bidang kontrol keamanan yang sama untuk kebijakan identitas dan manajemen ancaman,” kata dia.

“Saya akan menentukan pesawat kendali saya untuk zero trust. Artinya, saya akan memilih seperti apa kebijakan identitas dan alat manajemen ancaman serta bidang kendali saya nantinya. Dan saya akan berkomitmen untuk menggunakannya di setiap cloud yang saya gunakan,” sambung dia.

Baca juga: Indonesia pasar “cloud computing” potensial

Resolusi berikutnya terkait masalah kuantum. Roese mengatakan saat ini tengah dikembangkan alat yang membuat data aman secara kuantum yang bernama Post-Quantum Cryptography.

Dengan adanya alat yang bisa membuat data aman secara kuantum, maka resolusi yang harus dilakukan oleh para CIO dan pemimpin TI pada 2023 adalah menentukan di mana mereka harus menggunakan Post-Quantum Cryptography tersebut terlebih dahulu.

Dalam kesempatan itu, Roese juga mengingatkan bahwa saat ini pemanfaatan teknologi kuantum semakin dekat. Untuk itu, dia menekankan agar para CIO maupun pemimpin TI untuk mulai menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki keahlian mumpuni di bidang komputasi kuantum.

“Anda harus memiliki orang dengan keterampilan yang diperlukan untuk memanfaatkannya,” ujar dia.

Resolusi terakhir adalah menentukan seperti apa arsitektur edge mereka dalam jangka panjang. Roese mengatakan, sekarang merupakan waktu yang tepat bagi mereka untuk membuat keputusan seperti apa tampilan multicloud edge mereka pada akhirnya.

“Jadi keempat resolusi tahun baru itu, ini semua adalah keputusan yang dapat dibuat oleh CIO pada tanggal 1 Januari, dan mereka dapat berkomitmen untuk melakukan hal-hal tersebut. Jika mereka melakukannya, hal-hal baik akan terjadi,” ucap Roese.

Baca juga: Manfaat Google Cloud bagi bisnis

Baca juga: Riset: Penggunaan multi cloud penting bagi perusahaan Asia Pasifik

Baca juga: Telkom Indonesia dan Google Cloud jalin kolaborasi strategis

Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2022

Sumber Antara

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *