IKN perlu enam sektor teknologi untuk menjadi kota cerdas

  • Whatsapp

teknologi diterapkan mulai dari perencanaan pembangunan

Jakarta (ANTARA) – Deputi Bidang Transformasi Hijau dan Digital Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) Prof. Mohammed Ali Berawi mengatakan IKN memerlukan teknologi komprehensif pada enam sektor untuk menjadikannya kota cerdas atau smart city.

“Ada enam komponen untuk kota cerdas, governence, transportasi dan mobilitas, living, natural resources and energy, industri dan SDM, serta infrastruktur,” ujar Prof. Ali dalam forum media Honeywell, di Jakarta, Selasa.

Menurut Prof. Ali, sebuah kota dapat dikatakan cerdas jika dinamis dan inklusif, siap menghadapi perubahan masa depan serta memanfaatkan teknologi.

“Ini adalah tentang bagaimana pemanfaatan teknologi diterapkan mulai dari perencanaan pembangunan, dan pengelolaan kota sehingga kualitas hidup masyarakat dan produktifitas meningkat,” kata Prof. Ali.

Dari sisi pemerintah, segala hal mulai dari administrasi, pendaftaran penduduk, mengidentifikasi, pengisian aplikasi, hingga pengelolaan kota dilakukan secara digital.

Untuk transportasi, akan ada autonomous minibus, bis listrik, pengaturan lalu lintas, hingga advance air mobility atau mobil terbang.

“Konsepnya nanti mau near zero carbon city. Advance-nya, mulai dari parkirnya sudah otomatis, terus kalau ambulans lewat dia enggak akan ngantri di lampu merah, dia bisa jalan karena sudah diatur dengan teknologi,” katanya.

Selain itu, polusi udara juga akan dikontrol melalui data center. Terdapat public space and safety, layanan kesehatan yang terintegrasi serta pengelolaan tanggap bencana.

Sementara itu, Prof. Ali juga menyebut terdapat lima elemen utama untuk membangun kota cerdas yakni hijau, berkelanjutan, cerdas, resilien dan inklusif.

“Hijau, berkelanjutan, resilien, smart modern dengan memanfaatkan teknologi untuk semua orang dan inklusif artinya terbuka untuk semua orang,” ujar Prof Ali.

Lebih lanjut Prof. Ali mengatakan konsep hijau berkelanjutan dan berketahanan adalah dengan menjadikan IKN sebagai city forest atau kota hutan, di mana tetap mempertahankan 65 persen area sebagai hutan tropis melalui proses reforestasi, 10 persen kawasan hijau dan produksi pangan serta 25 persen kawasan kota.

Hutan tropis ini berguna untuk penyerap karbon dan kawasan urban yang terkontrol untuk meminimalkan emisi. Sebab pada 2045 ditargetkan menjadi kota netral karbon.

Baca juga: PUPR percepat pembangunan IKN melalui pemanfaatan teknologi BIM

Baca juga: Satgas akan siapkan terowongan berteknologi “immersed tunnel” di IKN

Baca juga: Hutama Karya tawarkan teknologi pemurnian air laut untuk mendukung IKN

Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
Editor: Alviansyah Pasaribu
COPYRIGHT © ANTARA 2022

Sumber Antara

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *