“Kita bicara soal peluang untuk blended finance terkait dengan pembiayaan untuk transisi energi,” ujar Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa kepada wartawan di Belitung, Rabu.
Baca juga: Kemendikbud: Kearifan lokal ajarkan G20 jalankan hidup berkelanjutan
Blended finance merupakan skema pembiayaan optimal dengan mengkombinasikan beberapa sumber pendanaan atau pembiayaan dalam satu proyek seperti dari anggaran pemerintah, pihak swasta dan donor.
Suharso mengatakan bahwa Indonesia memiliki komitmen untuk menurunkan efek gas rumah kaca atas upaya sendiri senilai 29 persen pada 2030.
Dengan adanya bantuan melalui skema blended finance, penurunan efek gas rumah kaca bisa ditingkatkan hingga 45 persen pada 2030. Indonesia, kata dia, juga memiliki ambisi untuk nol emisi karbon pada 2060.
Baca juga: Kemendikbudristek: Budaya Indonesia modal besar pemulihan dunia
Menurut Suharso, persoalan besar yang dihadapi Indonesia terkait transisi energi adalah bagaimana menurunkan efek gas rumah kaca dari energi di Pulau Jawa.
Dia mencontohkan mengenai listrik yang saat ini baru 14 persen yang merupakan energi terbarukan. Sedangkan 86 persen sisanya masih akan dialihkan ke energi terbarukan secara bertahap.
Terkait hal tersebut, kata dia, terdapat dua isu yang menjadi sorotan, pertama soal teknologi yang digunakan untuk peralihan menuju energi terbarukan. Isu kedua adalah terkait pembiayaan.
“Ini kita ingin bisa mendapatkan sumber-sumber pembiayaan agar tidak terjadi discontinued, bisnis modelnya seperti apa, financial modelnya seperti apa, dan salah satu finansial model yang kita ingin kembangkan adalah melalui blended finance,” ucap Suharso.
“Kemudian apakah ada sumber-sumber pembiayaan jangka panjang yang murah dalam rangka untuk renewable energi. Itu yang kita bicarakan dengan mereka,” tambah dia.
Baca juga: KLHK: Anggota G20 berkomitmen perkuat adaptasi perubahan iklim
Baca juga: Pemprov Babel dorong pembangunan maritim melalui ekonomi biru
Baca juga: KLHK: Anggota G20 apresiasi RI dorong inisiatif aksi berbasis laut
Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Ida Nurcahyani
COPYRIGHT © ANTARA 2022
Sumber Antara