Kolaborasi lintas sektor untuk menekan angka pengangguran

  • Whatsapp

Jakarta (ANTARA) – Kepala Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) Jakarta Campus Yudo Anggoro menyampaikan bahwa kolaborasi dan inovasi lintas sektor, baik sektor swasta maupun pemerintah dinilai mampu menekan jumlah pengangguran di Indonesia.

“Pada kenyataannya masyarakat yang berkecimpung di sektor informal lebih banyak ketimbang sektor formal. Menurut saya inilah yang harus dikolaborasikan agar lebih produktif,” kata Yudo dalam diskusi “Kontribusi Dunia Usaha dalam Mempersiapkan Talenta Muda yang Kompetitif” di Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan, sektor informal termasuk pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia.

Namun demikian, perlu adanya peningkatan kualitas dan kapabilitas sehingga dapat berkembang lebih besar lagi dan berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi.

Baca juga: Kemenparekraf perkuat “link and match” perguruan tinggi pariwisata

Menurut dia, sektor formal seperti dunia pendidikan, industri, hingga pemerintah memiliki tanggung jawab untuk mendukung pengembangan talenta muda agar sesuai dengan kebutuhan di dunia kerja maupun dunia usaha.

“Harapannya sektor formal ini menjadi jembatan untuk mengembangkan talenta-talenta muda,” katanya.

Pada kesempatan yang sama, Executive Vice President Paragon Corp Ana Miftahuddin Amin menyampaikan perlunya peningkatan kemampuan teknis (technical skill) pada bidang tertentu bagi anak-anak muda atau Gen-Z agar mudah diterima di dunia kerja.

Hal tersebut, menurut dia, membutuhkan sebuah ekosistem dari berbagai sektor sehingga sesuai kebutuhan, yang sejalan dengan perkembangan dunia digital.

“Menekan jumlah pengangguran harus gotong royong oleh semua pemangku kepentingan. Dunia pendidikan, usaha, pemerintah harus memiliki ekosistem agar link and match,” katanya.

Miftah mengatakan, selain technical skill, soft skill yang lebih cenderung kepada keterampilan sosial, komunikasi, atau kecerdasan sosial juga harus ditingkatkan.

Ia menilai, kesesuaian antara sumber daya manusia yang inovatif dan berdaya saing dengan penyiapan lapangan kerja yang memadai akan lebih mudah dicapai apabila memiliki ekosistem yang mendukung antara satu dengan yang lainnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pengangguran di Indonesia mencapai 8,42 juta orang pada Agustus 2022, porsinya 5,86 persen dari total angkatan kerja nasional.

Pengangguran paling banyak berasal dari kelompok usia 20-24 tahun, yakni 2,54 juta orang. Angka ini setara 30,12 persen dari total pengangguran nasional.

Kemudian penduduk usia 15-19 tahun yang menganggur sebanyak 1,86 juta jiwa (22,03 persen), penganggur usia 25-29 tahun sebanyak 1,17 juta jiwa (13,84 persen), usia 30-34 tahun ada 608,41 ribu jiwa (7,22 persen), dan usia 60 tahun ke atas sebanyak 485,54 ribu jiwa (5,76 persen).

Baca juga: Kementerian Investasi dukung pengembangan SDM genjot investasi Papua

Baca juga: Airlangga: Program link and match vokasi tingkatkan produktivitas SDM

Baca juga: “Link and match” talenta digital perlu untuk penuhi kebutuhan SDM SPBE

Pewarta: Adimas Raditya Fahky P
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
COPYRIGHT © ANTARA 2023

Sumber Antara

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *