Data tersebut didapatkan dari riset yang dilakukan oleh Kredivo bersama dengan Katadata Insight dalam laporan bertajuk “Perilaku Konsumen E-Commerce Indonesia” dirilis pada Kamis ini.
Baca juga: Gubernur BI: Transaksi digital banking melonjak 71,4 persen pada April
“Proporsi jumlah transaksi berdasarkan kelompok umur meskipun yang mayoritas adalah usia muda tapi kemudian ada kenaikan transaksi di usia 36 sampai 45 tahun dan juga kelompok 46 sampai usia 55 tahun. Artinya kelompok usia yang lebih di atas itu sudah lebih percaya dan mulai terbiasa dengan transaksi digital,” kata Head of Katadata Insight Center Adek M. Rozak memaparkan secara virtual hasil dalam risetnya, Kamis.
Generasi X menurut riset dari Beresfod Research terdiri dari orang- orang dengan tahun kelahiran 1965- 1980 atau mereka yang berusia di kisaran 41-56 tahun.
Mereka yang lebih senior dari generasi milenial yang mengkatalisasi digitalisasi itu kini dinilai sudah terbiasa dengan adaptasi digital karena adanya transfer ilmu antargenerasi.
Milenial yang notabenenya mempercepat inovasi dan pengenalan akses digital dinilai berhasil mendorong para orang dari angkatan generasi X untuk terbiasa memahami cara kerja transaksi digital.
Baca juga: Ancaman keamanan senantiasa mengintip di era digital
Dalam riset “Perilaku Konsumen E-Commerce Indonesia 2021” itu didapatkan bahwa peningkatan pada generasi X dalam adopsi transaksi digital terpantau naik 2 persen menjadikan mereka kini berkontribusi sebanyak 5 persen pada transaksi digital.
Sebelumnya pada 2020, generasi X hanya memiliki besaran kontribusi 3 persen pada transaksi digital.
Tak bisa dipungkiri bahwa pandemi juga mendorong adaptasi digital dalam kehidupan sehari- hari lebih cepat untuk diterapkan menjadi kebiasaan sehari- hari.
Hal lain yang membuktikan transaksi digital kini semakin inklusif adalah dari meningkatnya transaksi di kota- kota tier dua dan tiga.
Kota tier dua dan tier tiga adalah kota- kota yang memiliki jumlah penduduk dengan populasi yang sedikit dibandingkan dengan kota- kota besar.
Tercatat dibandingkan 2020, jumlah transaksi dan nilai transaksi e-commerce di kota tier dua mengalami peningkatan, dengan jumlah transaksinya meningkat dari 31 persen menjadi 34 persen.
Baca juga: Kemendag paparkan upaya lindungi hak konsumen di belanja online
Sedangkan nilai transaksinya meningkat dari 28 persen di 2020 menjadi 30 persen di 2021.
Untuk di tier tiga, peningkatan dari 2020 tercatat naik 1 persen dari yang sebelumnya 6 persen menjadi 7 persen pada 2021.
Sementara untuk nilai transaksinya juga meningkat menjadi 6 persen di 2021 setelah pada 2020 mencapai 5 persen.
Kredivo sebagai salah satu bagian dari ekosistem transaksi digital di Indonesia melihat semakin inklusif transaksi digital tentu akan berdampak baik untuk pertumbuhan ekonomi nasional.
Perusahaan besutan anak bangsa itu pun berkomitmen untuk terus menghadirkan layanan dan sarana edukasi tepat bagi masyarakat Tanah Air sehingga dapat mendorong ekonomi digital yang berkelanjutan.
“Sebagai pelaku pembayaran kredit digital dengan terintegrasi dengan paling banyak merchant e-commerce ternama, data transaksi yang Kredivo miliki sangat kaya dengan informasi yang menjadi dasar riset ini untuk menggali lebih dalam kebiasaan berbelanja online masyarakat Indonesia. Kami optimis bahwa kedepannya, layanan kredit digital yang fleksibel, terjangkau, dan aman dapat berkontribusi pada pertumbuhan industri e-commerce tanah air sekaligus mendorong ekonomi digital yang inklusif dan berkelanjutan di Indonesia,” ujar VP Marketing and Communications Kredivo Indina Andamari.
Baca juga: Kemendag terima 9.838 aduan konsumen pada 2021, terbanyak e-commerce
Baca juga: BI: Transaksi digital banking naik 46,53 persen jadi Rp3.732,8 triliun
Baca juga: AFTECH: Nilai transaksi uang elektronik naik 58,5 persen 2021
Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Ida Nurcahyani
COPYRIGHT © ANTARA 2022
Sumber Antara