Kalbe Farma Bagikan Dividen Hampir 1 Triliun, Yuk Intip Laporan Tahunannya

  • Whatsapp

Highlights:

Bacaan Lainnya

  • PT Kalbe Farma Tbk mengumumkan akan membagikan dividen tunai sebesar Rp 937,5 miliar
  • Jumlah itu setara dengan 37% laba bersih tahun buku 2019 perseroan
  • Nominal yang dibagikan kepada pemegang saham adalah Rp 20 per saham
  • Rasio pembayaran dividen tahun ini turun dibandingkan tahun lalu atas perolehan laba 2018
  • Manajemen Kalbe optimis akan potensi pertumbuhan perusahaan sehingga tetap menganggarkan dana belanja modal untuk meningkatkan kapasitas produksi
  • Perseroan berharap dapat mempertahankan kebijakan untuk membagikan dividen sekitar 45-55% dari laba bersih, dengan mempertimbangkan rencana pengembangan dan kebutuhan dana perseroan
  • Tulisan berikut adalah ringkasan intisari laporan tahunan 2019 Kalbe Farma

 

Hari Senin, 18 Mei 2020 yang lalu, setelah menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), PT Kalbe Farma Tbk mengumumkan akan membagikan dividen tunai sebesar Rp 937,5 miliar. Jumlah itu setara dengan 37% dari laba bersih tahun buku perusahaan yakni sebesar Rp 2.507 miliar. 

Walaupun laba bersih perusahaan di tahun 2019 lebih tinggi dibanding tahun 2018, rasio pembayaran dividen pada tahun ini turun dibandingkan dengan tahun lalu. 

Dikutip dari laporan tahunan Kalbe Farma tahun 2019, laba bersih per saham tercatat mencapai Rp 52,48, naik dibandingkan tahun 2018 yakni Rp52,42. Adapun nominal yang akan dibagikan kepada pemegang saham adalah Rp 20 per saham. 

Pada tahun fiskal 2018, Kalbe Farma telah membagikan dividen final sebesar Rp1.219 miliar, atau ekuivalen Rp26 per saham, yang telah sepenuhnya dilunasi pada tanggal 21 Juni 2019. 

Apabila dilihat dari sumbangan per divisi, Divisi Distribusi dan Logistik menyumbang 32,6% dari total penjualan, disusul Divisi Nutrisi (29,3%), Divisi Obat Resep (22,8%) dan Divisi Produk Kesehatan (15,3%).

Di tahun 2019, Divisi Obat Resep meningkatkan kontribusinya pada program Jaminan Kesehatan Nasional, dengan menumbuhkan penetrasinya di pasar produk generik tanpa merek. Didukung oleh pabrik-pabrik khusus untuk produk obat-obatan kanker dan obat-obatan biosimilar, divisi ini meraih kemajuan dalam memperkuat kehadirannya di segmen produk obat-obatan khusus. 

Pengembangan aplikasi kesehatan terintegrasi di bawah naungan Klikdokter terus dilakukan, dengan pertambahan jumlah pengguna sebanyak 36 juta di tahun 2019. Klikdokter (klikdokter.com) adalah aplikasi dan situs web kesehatan, di mana pengunjung dapat melakukan live chat dengan tenaga dokter dan ahli kesehatan untuk memperoleh tips dan anjuran-anjuran kesehatan. Klikdokter memiliki jaringan dengan lebih dari 300 apotik dan 584 klinik partner. 

Seiring upaya proses digitalisasi, Divisi Distribusi dan Logistik terus mencatat tumbuhnya penggunaan aplikasi pemesanan secara online, sebagai alternatif yang lebih memberikan kenyamanan kepada para pelanggan. Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan telah mengembangkan aplikasi Mobile Order Manajemen, EMOS (Enseval Mobile Order System), guna memfasilitasi proses pemesanan produk, pemantauan pesanan pelanggan, proses pengiriman dan pembayaran. 

Fasilitas pabrik pertama Kalbe di Asia Tenggara juga telah dibangun di Myanmar selama tahun 2019, untuk mendukung penetrasi ke pasar internasional. Telah pula diperkenalkan struktur organisasi yang baru, agar dapat meningkatkan fokus pemasaran produk obat resep dan non-resep Kalbe ke pasar internasional. 

“Strategi ini bertujuan menghadapi berbagai regulasi tentang konten lokal yang diterapkan di sebagian besar negara-negara ASEAN, serta memberikan Kalbe keunggulan kompetitif di bidang pemasaran, bahan baku dan insentif pajak dibandingkan perusahaan multinasional lainnya. Kami meyakini bahwa langkah strategis penting ini dapat memperkuat daya saing produk-produk kami di pasar global,” tulis Bernadette Ruth Irawati Setiady, Presiden Komisaris PT Kalbe Farma Tbk dalam bagian Laporan Dewan Komisaris laporan tahunan 2019 Kalbe Farma.

Kegiatan penelitian dan pengembangan disebutkan tetap menjadi kunci keunggulan Kalbe di sektor kesehatan yang berbasis pengetahuan. Selama tahun 2019, total sebanyak 23 tipe produk baru telah dikembangkan dan 106 produk yang ada telah direvitalisasi dari berbagai lini usaha Kalbe. Untuk obat-obatan resep, persiapan tengah dilaksanakan untuk pengembangan produk biologi baru yang harus melaksanakan tahapan pra-klinis. 

Melalui pusat-pusat penelitiannya: Stem Cell and Cancer Institute (SCI); Kalbe Genomics (KalGen); Regenerative and Cellular Therapy (ReGeniC), Kalbe Genexine Biologics (KGBio), dan Innogene Kalbiotech Pte.Ltd (Innogene), Kalbe terus menjalin kemitraan dengan pusat-pusat penelitian terkemuka di dunia, untuk melaksanakan penelitian mutakhir di bidang pengobatan kanker, sel punca, serta uji coba genomik dan bioteknologi. 

“Dunia tengah memasuki revolusi industri yang ke empat, atau juga dikenal sebagai Industri 4.0. Melalui pemanfaatan teknologi digital mutakhir, revolusi ini diproyeksikan akan secara radikal merubah cara kerja dan cara hidup kita semua,” tulis Vidjongtius, Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk di bagian Laporan Direksi laporan tahunan tersebut.

Di tahun 2019, Kalbe Farma telah memanfaatkan teknologi otomatisasi dan robotik di beberapa lini produksi. Inisiatif ini akan berlanjut di tahun 2020, melalui implementasi teknologi manufaktur berbasis digital yang terkini di lebih banyak lagi lini produksi. 

Baca juga: Profil PT Kalbe Farma Tbk

BPJS Kesehatan

Industri farmasi di Indonesia tidak terlepas dari hubungannya dengan BPJS Kesehatan, karena itu menarik membaca bagian analisa manajemen terkait masalah ini.

Sejak resmi diluncurkan tahun 2014, program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah meraih pertumbuhan yang fenomenal. Walaupun tidak dapat mencapai target untuk memberikan perlindungan pada seluruh warga pada tahun 2019, total keanggotaan telah mencapai lebih dari 224 juta, sekitar 83 persen dari populasi Indonesia sebesar 269 juta (sumber: BPJS Kesehatan). JKN telah dikenal sebagai salah satu sistem perlindungan kesehatan terbesar dan paling kompleks di dunia. 

Dengan segmen JKN sebagai porsi terbesar dari sektor kesehatan, industri farmasi di Indonesia juga makin didominasi oleh kategori produk generik tanpa merek, mengingat JKN terutama melayani klaim dari obat-obat generik. 

Walaupun para pengusaha farmasi menikmati tumbuhnya volume penjualan dari produk generik tanpa merek, marjin mengalami penurunan seiring makin intensnya persaingan harga. Namun demikian, nilai tukar Rupiah yang relatif stabil di tahun 2019 dapat mengurangi tekanan, mengingat tingginya ketergantungan industri terhadap impor bahan baku. 

Dalam hal ini, Kalbe menunjukkan dukungannya pada program pemerintah dengan meningkatkan kontribusi obat generik menjadi sebesar 22% di tahun 2019, yang tumbuh dari 13% pada tahun 2014. Sejak tahun 2012 Kalbe telah memiliki fasilitas produksi khusus untuk obat-obatan generik dengan kapasitas 4,3 miliar tablet per tahun. 

Prospek 2020 

Di bagian Prospek 2020 pada laporan tahunan bagian Analisis dan Pembahasan Manajemen Kalbe menulis bahwa besarnya populasi Indonesia, tumbuhnya kelas menengah, serta dibarengi dukungan kebijakan pemerintah, maka sektor kesehatan dan FMCG akan menjadi pasar menarik yang menawarkan banyak peluang. 

Industri kesehatan akan terus didukung oleh komitmen Pemerintah untuk memberikan layanan kesehatan yang terjangkau bagi seluruh rakyat. Namun tingginya ketergantungan pada impor bahan baku tetap menjadi problem, di tengah makin tidak menentunya tren perekonomian dunia yang berpengaruh pada nilai tukar Rupiah. 

Dalam jangka yang lebih pendek, perlu untuk secara cermat mengamati dampak yang kurang menguntungkan dari penyebaran novel coronavirus terhadap pergerakan bahan baku global, karena tingginya ketergantungan dunia terhadap pasokan input dan bahan baku dari Tiongkok. 

Baca juga: Kalbe Sediakan Pemeriksaan RT-PCR Covid 19

Download Laporan Tahunan 2019 Kalbe Farma di sini. 

 

Sumber Upperline

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *