Laba Bersih PTBA tahun 2019 Tembus Rp 4 Triliun di Tengah Lesunya Harga Batu Bara

  • Whatsapp

Jakarta, 4 Maret 2020 — Di tengah tren melemahnya harga batu bara, PT Bukit Asam Tbk mampu mencatatkan laba atas kinerja tahun 2019 sebesar Rp 4,1 Triliun dengan EBITDA sebesar 6,4 Triliun. Keberhasilan ini tidak lain merupakan dampak dari penerapan strategi yang tepat dan upaya efisiensi yang dilakukan Perseroan.

Bacaan Lainnya

Pencapaian laba ini didukung oleh kinerja operasional perseroan yang mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2019, produksi batu bara perseroan mengalami kenaikan 10,2% dari tahun sebelumnya atau naik menjadi 29, 1 juta ton. Kapasitas angkutan batu bara juga mengalami kenaikan menjadi 24,2 juta ton atau naik 7,0% dari tahun 2018.

Kenaikan produksi dan angkutan batu bara ini mendorong pula kenaikan penjualan batu bara. Sepanjang 2019, perseroan berhasil menjual batu bara sebesar 27,8 juta ton atau naik 13% dari tahun sebelumnya. Kenaikan volume penjualan ini karena adanya ekspansi ke pasar-pasar potensial yang meliputi Jepang, Hongkong, Vietnam, Taiwan dan Filipina serta keberhasilan dalam menambah pasar pasar potensial baru seperti Australia, Thailand, Myanmar dan Kamboja. Tak hanya mendorong penjualan ekspor ke negara-negara Asia, Perseroan juga menerapkan penjualan ekspor batu bara medium to high calorie ke premium market.

Pendapatan Usaha tercapai sebesar Rp 21,8 Triliun

Di tahun 2019, Perseroan mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp21,8 Triliun atau naik sebesar 3% dari tahun sebelumnya sebesar Rp21,2 Triliun. Pendapatan tersebut terdiri dari pendapatan penjualan batu bara domestik sebesar 57%, penjualan batu bara ekspor sebesar 41 % dan aktivitas lainnya sebesar 2% yang terdiri dari penjualan listrik, briket, minyak sawit mentah dan inti sawit, jasa kesehatan rumah sakit dan jasa sewa. Kenaikan pendapatan ini dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah tonase penjualan.

Walaupun harga batu bara terus memperlihatkan tren penurunan, perseroan tetap mampu membukukan kinerja yang menggembirakan dengan mencatatkan laba bersih sebesar Rp4,1 Triliun. Penurunan harga batu bara tersebut seiring dengan pelemahan harga batu bara indeks Newcastle (GAR 6322 kkal/kg) sebesar 28% menjadi rata-rata sampai dengan Desember 2019 sebesar US$77,77 per ton dari US$ 107,34 per ton pada periode yang sama tahun lalu, demikian juga indeks harga batu bara thermal Indonesia (Indonesian Coal Index / ICI) GAR 5000 yang melemah sebesar 17% menjadi rata-rata sampai dengan Desember 2019 sebesar US$50,39 per ton dari USS60,35 per ton dari tahun lalu.

Beban Pokok Penjualan sebesar Rp 14,18 Triliun

Beban pokok penjualan di tahun 2019 tercatat sebesar Rp14,18 Triliun dengan komposisi terbesar terjadi pada biaya angkutan kereta api. Besarnya biaya ini seiring dengan peningkatan volume angkutan batubara dan kenaikan biaya jasa penambangan akibat meningkatnya produksi dan rata-rata stripping ratio di tahun 2019 menjadi 4,6 bcm/ton.

Total Aset Rp 26,1 Triliun

Aset Perseroan per 31 Desember 2019 mencapai Rp26,1 Triliun dengan komposisi terbesar pada aset tetap sebesar 28% dan kas setara kas sebesar 18%. Kas dan setara kas serta deposito dengan jangka waktu diatas 3 bulan yang dimiliki perseroan per 31 Desember 2019 adalah sebesar Rp7,3 Triliun, meningkat 12% bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

SASARAN TAHUN 2020

• Peningkatan Target Produksi, Angkutan Kereta Api dan Penjualan

Perseroan merencanakan produksi batu bara sebesar 30,3 juta ton F Y 2020 atau naik 4% dari realisasi tahun sebelumnya sebesar 29,1 juta ton dan target angkutan pada 2020 menjadi 27,5 juta ton atau meningkat 13% dari realisasi angkutan kereta api F Y 2019 sebesar 24,2 juta ton.

Sedangkan untuk volume penjualan batu bara F Y 2020, Perseroan menargetkan untuk meningkatkannya menjadi 29,9 juta ton, yang terdiri dari penjualan batu bara domestik sebesar 21,6 juta ton dan penjualan batu bara ekspor sebesar 8,3 juta ton atau secara total sebesar 29,9 juta ton, meningkat 8% dari realisasi penjualan batu bara F Y 2019 sebesar 24,7 juta ton.

Peningkatan target penjualan ini ditopang oleh rencana penjualan ekspor untuk batu bara medium to high calorie kepremium market sebesar 2,3 juta ton.

• Optimasi Angkutan Batu Bara

Untuk mendukung optimasi pengangkutan batu bara, PTBA telah bekerjasama dengan PT Kereta Api Indonesia dan di tahun 2020 direncanakan akan menyelesaikan proyek peningkatan angkutan batu bara jalur kereta api Tanjung Enim — Tarahan untuk kapasitas 25 juta ton/tahun.

• Investasi

Untuk tahun 2020, Perseroan menganggarkan investasi sebesar Rp 4,0 Triliun yang terdiri dari Rp 200 Miliar untuk investasi rutin dan sisanya Rp 3,8 Triliun untuk investasi pengembangan.

PROYEK PENGEMBANGAN

Proyek Gasifikasi / Hilirisasi Tambang Coal to DME

Sebagai upaya pengembangan bisnis hilirisasi batu bara, PTBA bersama dengan Pertamina selaku offtaker DME dan Air Products selaku pemilik teknologi gasifikasi batu bara, telah menandatangani Nota Kesepahaman di Allentown, Amerika Serikat pada tanggal 7 November 2018. Kerjasama tersebut dimaksudkan sebagai dasar dimulainya studi kelayakan potensi bisnis Coal-to-Syngas yaitu mengkonversi batu bara menjadi DME. Kemudian pada tanggal 16 Januari 2019 dilanjutkan dengan penandatanganan Kerangka Kerjasama Pendirian Joint Venture Company. DME akan digunakan sebagai substitusi LPG sehingga mengurangi ketergantungan pada impor LPG. Proyek ini direncanakan akan mulai berproduksi pada tahun 2024 dengan konsumsi batu bara sebesar 6,5 juta ton/tahun, yang memproduksi 1,4 juta ton DME.

Proyek Gasifikasi / Hilirisasi Coal to UDP : Urea — DME — Polypropylene

PTBA telah menandatangani Head of Agreement dengan PT Pertamina (Persero), PT Pupuk Indonesia (Persero), dan PT Chandra Asri Petrochemical pada tanggal 8 Desember 2017, untuk pembangunan Pabrik Coal to Urea-DME-Polypropylene di mulut tambang, Tanjung Enim, Sumatera Selatan dengan konsumsi batu bara mencapai 8,1 juta ton/tahun.

Melalui teknologi gasifikasi, akan mengubah batu bara menjadi syngas sebagai feedstock untuk produksi urea dengan kapasitas 570 ribu ton per tahun, dimethyl ether (DME) dengan kapasitas 400 ribu ton per tahun, danpolypropylene dengan kapasitas 450 ribu ton per tahun.

PLTU Mulut Tambang Sumsel 8

PLTU Sumsel 8 merupakan Independent Power Producer (IPP) berkapasitas 2×620 MW yang berada di Muara Enim, Sumatera Selatan. PT Huadian Bukit Asam Power (“HBAP”) yang merupakan konsorsium antara PT Bukit Asam Tbk (45%) dengan China Huadian Hongkong Company Ltd (55%), membangun PLTU bernilai investasi sebesar USD 1,68 miliar ini dengan skema pembiayaan equity 25% dan debt 75%.

Amandemen PPA (Power Purchase Agreement) dan CSA (Coal Supply Agreement) atas proyek PLTU ini sudah ditandatangani bersama antara PT PLN (Persero), PTBA dan PT HBAP pada tanggal 19 Oktober 2017. PT HBAP bersama China Export Import (CEXIM) Bank juga telah menandatangani Loan Facility Agreement pada tanggal 23 Mei 2018, dimana CEXIM Bank akan memberikan pinjaman sebesar 75% dari total biaya proyek atau senilai USD 1,26 miliar dan telahfinancial close pada bulan Juni 2018. Konstruksi PLTU dimulai sejak Juni 2018 yang diperkirakan memerlukan waktu selama 42 bulan untuk Unit I dan 45 bulan untuk Unit II. Commercial Operation Date (COD) ditargetkan pada tahun 2021 untuk Unit I dan tahun 2022 untuk Unit II dengan total kebutuhan batu bara sebesar 5,4 juta ton per tahun.

Rooftop Solar Photovoltaic Angkasa Pura II 241 Kwp

Guna meningkatkan nilai tambah perusahaan, PTBA berkomitmen mengembangkan sumber energi terbarukan dalam rangka mendukung program pemerintah untuk mencapai bauran energi nasional sebesar 23% dari energi baru dan terbarukan pada tahun 2025. Langkah konkret yang telah dilakukan berupa sinergi BUMN bersama dengan Angkasa Pura II (Persero) untuk pengembangan Rooftop Solar Photovoltaic di lingkungan AP II yang dimulai dengan pembangunan Rooftop Solar Photovoltaic 241 Kwp di GedungAirport Control Centre (AOCC) Bandara Soekarno Hatta yang direncanakan beroperasi pada Semester I tahun 2020. Upaya ini sebagai bagian dari rencana pengembangan di bandara bandara lain-nya.

Proyek Angkutan Batu bara

Untuk optimasi pengangkutan batu bara, PTBA bekerjasama dengan PT Kereta Api Indonesia mengembangkan proyek angkutan batu bara jalur kereta api dengan kapasitas 60 juta ton/tahun pada tahun 2024, termasuk jalur baru yang terdiri dari:

Tanjung Enim — Arah Utara:

  • Dengan kapasitas angkut 10 juta ton/tahun, beserta fasilitas dermaga baru Perajin yang direncanakan akan beroperasi pada tahun 2024.
  • Pengembangan Dermaga Kertapati telah siap beroperasi dengan kapasitas mencapai 5 juta ton/tahun pada awal tahun 2020.

Tanjung Enim — Arah Selatan:

  • Tarahan-l, pengembangan kapasitas jalur existing menjadi 25 juta ton/tahun pada Desember tahun 2020.
  • Tarahan-ll, dengan kapasitas angkut 20 juta ton/tahun dan direncanakan akan beroperasi pada tahun 2024.

Sumber Upperline

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *